Latest

Sabtu, 09 Januari 2016

Warga Iran Kembali Gelar Demonstrasi Baru Mengecam Saudi
Iran telah mengadakan aksi unjuk rasa terbaru di seluruh negeri, termasuk ibukota Teheran, mengutuk eksekusi yang dilakukan oleh Arab Saudi terhadap ulama terkemuka, Sheikh Nimr al-Nimr.
Ribuan warga Teheran melakukan demonstrasi setelah menunaikan Shalat Jumat di tengah ketegangan antara Iran dan Arab Saudi dalam seminggu terakhir.

Para demonstran meneriakkan slogan-slogan anti Amerika Serikat, Israel dan Arab Saudi dan mengutuk kejahatan rezim Al-Saud, termasuk pembunuhan Sheikh Nimr.

Beberapa pengunjuk rasa membawa plakat dengan gambar Sheikh Nimr yang dieksekusi di Arab Saudi bersama dengan 46 orang lainnya pada tanggal 2 Januari atas tuduhan keterlibatan dengan terorisme.

Eksekusi Nimr ini secara luas dikecam oleh Muslim dan aktivis hak asasi manusia di seluruh dunia.

Warga Iran Kembali Gelar Demonstrasi Baru Mengecam Saudi

Unknown  |  at  Sabtu, Januari 09, 2016

Warga Iran Kembali Gelar Demonstrasi Baru Mengecam Saudi
Iran telah mengadakan aksi unjuk rasa terbaru di seluruh negeri, termasuk ibukota Teheran, mengutuk eksekusi yang dilakukan oleh Arab Saudi terhadap ulama terkemuka, Sheikh Nimr al-Nimr.
Ribuan warga Teheran melakukan demonstrasi setelah menunaikan Shalat Jumat di tengah ketegangan antara Iran dan Arab Saudi dalam seminggu terakhir.

Para demonstran meneriakkan slogan-slogan anti Amerika Serikat, Israel dan Arab Saudi dan mengutuk kejahatan rezim Al-Saud, termasuk pembunuhan Sheikh Nimr.

Beberapa pengunjuk rasa membawa plakat dengan gambar Sheikh Nimr yang dieksekusi di Arab Saudi bersama dengan 46 orang lainnya pada tanggal 2 Januari atas tuduhan keterlibatan dengan terorisme.

Eksekusi Nimr ini secara luas dikecam oleh Muslim dan aktivis hak asasi manusia di seluruh dunia.

0 komentar:

Seorang sejarawan dan dosen di Michigan Saeed Khan mengatakan keputusan mengekseskusi Syekh Nimr al-Nimr adalah strategi yang sengaja dipilih Saudi.

"Setiap tindakan penghasutan termasuk penargetan yang diduga sengaja dilakukan di Kedubes Iran di Sana'a Yaman merupakan indikasi lanjut tentang keputusasaan Riyadh untuk membusukkan Tehran dalam pengadilan opini dunia," katanya.

Khan melanjutkan, tindakan Saudi itu sia-sia dan hanya memicu keraguan dunia tentang stabilitas dan rasionalitas kerajaan.

"Sekutu lama AS itu tengah kehilangan cengkeraman besi atas rakyatnya dan kawasan [Timur Tengah]," katanya.
Dia menambahkan, 'kombinasi persenjataan Saudi yang mencengangkan' dan 'ideologi nakal yang berkuasa' membuat kerajaan kaya minyak itu 'sangat berbahaya', bahkan lebih berbahaya dari Iran yang pernah disebut Amerika sebagai salah satu dari sumbu setan.

Saudi mengatakan provokasinya atas Iran merupakan sebuah langkah prinsip dan penting dalam melawan sebuah rival sektarian berbahaya, lanjut Khan, tapi itu tak lain upaya Saudi untuk mengalihkan perhatian masyarakat internasional dari kelemahan internalnya.

Pada 2015, Arab Saudi mengalami defisit anggaran sampai 100 milyar dollar dan tahun ini, kerjaan diduga akan mengalami defisit sebesar 80 milyar dolar. Akibatnya, lanjut Khan, Saudi terpaksa menaikkan pajak pertambahan nilai dan harga gas di dalam negeri. Dan langkah Saudi menggenjot produksi minyak dalam upaya mengalahkan negara-negara pesaing seperti Iran membuat harga minyak malah merosot tajam.

Saudi berupaya menggambarkan Iran sebagai negara agrresor di kawasan, tapi pada saat yang sama, negara itu menghabiskan dana 1,3 milyar dolar untuk membeli bom dan amunisi tahun lalu yang sebagian besarnya diperuntukkan sebagai stok senjata dalam perang Yaman, catat Khan.

Selama ini, kata Khan, Saudi terlena dengan julukan Penjaga Haramain dan bisa 'meredakan kritik dari mereka yang takut dicegah masuk ke Mekkah untuk melaksanakan ibadah haji'. Tapi dalam beberapa tahun terakhir, status itu mulai terguncang.

Kini banyak umat Islam yang mempertanyakan apakah berdiam diri dalam menghadapi Vegasisasi Mekkah dengan bangunan dan hotel mewah, pembongkaran situs-situs penting dan bersejarah Islam serta bencana tewasnya jemaah haji dalam ritual haji tahun ini senilai dengan konsekwensi yang ada, jelas Khan.

Tanpa asumsi legitimasi dari dunia Muslim, kredebilitas Saudi bisa rusak, tandas Khan.
Takfirisme

Arab Saudi Putus Asa

Unknown  |  at  Sabtu, Januari 09, 2016

Seorang sejarawan dan dosen di Michigan Saeed Khan mengatakan keputusan mengekseskusi Syekh Nimr al-Nimr adalah strategi yang sengaja dipilih Saudi.

"Setiap tindakan penghasutan termasuk penargetan yang diduga sengaja dilakukan di Kedubes Iran di Sana'a Yaman merupakan indikasi lanjut tentang keputusasaan Riyadh untuk membusukkan Tehran dalam pengadilan opini dunia," katanya.

Khan melanjutkan, tindakan Saudi itu sia-sia dan hanya memicu keraguan dunia tentang stabilitas dan rasionalitas kerajaan.

"Sekutu lama AS itu tengah kehilangan cengkeraman besi atas rakyatnya dan kawasan [Timur Tengah]," katanya.
Dia menambahkan, 'kombinasi persenjataan Saudi yang mencengangkan' dan 'ideologi nakal yang berkuasa' membuat kerajaan kaya minyak itu 'sangat berbahaya', bahkan lebih berbahaya dari Iran yang pernah disebut Amerika sebagai salah satu dari sumbu setan.

Saudi mengatakan provokasinya atas Iran merupakan sebuah langkah prinsip dan penting dalam melawan sebuah rival sektarian berbahaya, lanjut Khan, tapi itu tak lain upaya Saudi untuk mengalihkan perhatian masyarakat internasional dari kelemahan internalnya.

Pada 2015, Arab Saudi mengalami defisit anggaran sampai 100 milyar dollar dan tahun ini, kerjaan diduga akan mengalami defisit sebesar 80 milyar dolar. Akibatnya, lanjut Khan, Saudi terpaksa menaikkan pajak pertambahan nilai dan harga gas di dalam negeri. Dan langkah Saudi menggenjot produksi minyak dalam upaya mengalahkan negara-negara pesaing seperti Iran membuat harga minyak malah merosot tajam.

Saudi berupaya menggambarkan Iran sebagai negara agrresor di kawasan, tapi pada saat yang sama, negara itu menghabiskan dana 1,3 milyar dolar untuk membeli bom dan amunisi tahun lalu yang sebagian besarnya diperuntukkan sebagai stok senjata dalam perang Yaman, catat Khan.

Selama ini, kata Khan, Saudi terlena dengan julukan Penjaga Haramain dan bisa 'meredakan kritik dari mereka yang takut dicegah masuk ke Mekkah untuk melaksanakan ibadah haji'. Tapi dalam beberapa tahun terakhir, status itu mulai terguncang.

Kini banyak umat Islam yang mempertanyakan apakah berdiam diri dalam menghadapi Vegasisasi Mekkah dengan bangunan dan hotel mewah, pembongkaran situs-situs penting dan bersejarah Islam serta bencana tewasnya jemaah haji dalam ritual haji tahun ini senilai dengan konsekwensi yang ada, jelas Khan.

Tanpa asumsi legitimasi dari dunia Muslim, kredebilitas Saudi bisa rusak, tandas Khan.

0 komentar:

General

© 2015 Gen Syi'ah. WP Mythemeshop Converted by Bloggertheme9
Blogger Template. Powered by Blogger.